Kalian pasti tau kan kalo idola-idola Korea itu punya
banyak fans tapi juga punya banyak anti fans. Sebenernya apa sih penyebab
dari anti fans itu??
Intensitas dari apa yang disebut “anti-fans” di Korea
Selatan dapat ditelusuri dari awal mulanya perusahaan-perusahaan (yang bergerak
dibidang entertainment) mulai membentuk grup band cowok/cewek di akhir tahun
1990-an. Mungkin kasus kejahatan terburuk dari anti-fans yang pernah terjadi
yaitu insiden yang melibatkan Gan Mi Yeon, seorang anggota dari grup girl band
terdahulu yang disebut Baby VOX.
Mi Yeon menjadi target serangan anti-fans karena ia
dirumorkan berkencan dengan salah seorang anggota dari boyband lain yang juga
cukup terkenal. Dalam interviewnya baru-baru ini, Mi Yeon mengatakan bahwa
sepanjang tahun 1999, ia sering kali menerima “surat dari fan” yang berisi
potongan silet, dengan maksud agar ia melukai
tangannya sewaktu membuka surat tersebut, bersamaan dengan gambar-gambar Mi Yeon dimana dalam gambar tersebut mata Mi Yeon terlihat seperti dicungkil, atau surat lain yang ditulis dengan darah.
tangannya sewaktu membuka surat tersebut, bersamaan dengan gambar-gambar Mi Yeon dimana dalam gambar tersebut mata Mi Yeon terlihat seperti dicungkil, atau surat lain yang ditulis dengan darah.
Serangan secara fisik terhadap selebritis oleh
anti-fans umumnya jarang terjadi, tapi hal tersebut pernah terjadi, dan hal ini
seharusnya dapat dibedakan dari bentuk kekerasan/serangan yang umumnya terjadi
kepada selebritis, seperti penguntitan atau penculikan untuk tebusan uang. Di
tahun 2000, Yoon Gye Sang, seorang anggota dari sebuah boy band G.O.D menerima
sekaleng soda yang sudah diinjeksi dengan pemutih/deterjen. Kemudian Ibu Yoon
meminumnya dan harus segera dilarikan kerumah sakit. Hal ini terjadi lagi di
tahun 2006, dimana U-know Yunho, anggota Dongbangshinki (TVXQ), menerima
sekaleng soda yang sudah diinjeksikan dengan lem yang biasa dipakai di
industri, dan akibatnya ia juga harus segera dilarikan ke rumah sakit.
Dan kemudian, tentu saja ada (tindakan lain yang
dilakukan oleh anti-fans) yaitu seperti hinaan-hinaan yang dilontarkan di
Internet. Sepertinya dibandingkan dengan sebelumnya, pemberitaan buruk di
Internet mungkin terasa seperti angin sepoi-sepoi. Namun tetap saja pemberitaan
tersebut menjadi penyebab munculnya tekanan psikologis. Baru-baru ini, sebuah
thesis yang ditulis oleh aktris Park Jin Hee ( pemeran utama Lee Shin Young
dalam drama The Woman Who Still Wants to Marry / Still, Marry Me) untuk gelar
master-nya dalam bidang kesejahteraan sosial menimbulkan kehebohan. (Dinyatakan
dalam thesis-nya tersebut), dari 240 aktor yang disurvei, hampir 40% menyatakan
bahwa mereka menderita beberapa tingkat depresi yang berbeda, dan beberapa
bahkan mempertimbangkan untuk bunuh diri. 20% diantaranya memang benar-benar
mengambil langkah spesifik untuk bunuh diri, seperti memesan obat-obatan. Park mengacu
kepada komentar negatif yang diterima melalui Internet sebagai salah satu
penyebab stress yang diderita aktor-aktor tersebut, alasan yang lain seperti
kekhawatiran yang umum terjadi perihal stabilitas karier mereka.
Saat anti-fans tidak menyerang selebritis yang mereka
benci, mereka mengalihkan kebencian tersebut kepada fans dari selebritis
tersebut. Kasus kejahatan yang terburuk yaitu perkelahian jalanan dengan saling
menarik rambut antara fan club H.O.T dengan Sechs Kies, dua boyband yang di akhir
tahun 1990 memang menjadi rival berat. Konflik sedemikian memang sudah
berkurang semenjak saat itu, namun konflik sedemikian masih sering terjadi
walaupun dalam tingkat intensitas yang rendah.
Sebagai contoh, dalam sebuah konser gabungan di tahun
2008 yang menampilkan berbagai boyband dan girlband, fan club Super Junior dan
SS501 secara sengaja menjadi diam hening sewaktu Girl’s Generation tampil di
panggung. Penyelenggara konser juga menghentikan konser selama 20 menit karena
besar kemungkinan akan terjadi bentrokan antara fan clubs.
Bagaimana mungkin anti-fans bisa jadi begitu membenci
selebritis tertentu? Seperti yang telah dinyatakan diatas, seringkali terjadi
karena persaingan dan kecemburuan. Namun sejumlah anti-fans yang cukup
mengkhawatirkan, sepertinya membenci selebritis “hanya karena/just because/그냥 ( baca :
geunyang )”. Saat seseorang membaca posting-an di situs anti-fan, terdapat
sejumlah kebencian tanpa alasan dalam bentuk gambar yang dimodifikasi, rumor
yang tidak benar dan keinginan agar selebritis tersebut mati. Hal ini
benar-benar mencengangkan. Walaupun beberapa diantaranya memang ada yang
berusaha memberikan alasan yang rasional atas ketidaksukaan mereka (sebagai
contoh, seorang berkomentar di fansite Girl’s Generation, ia membenci grup tersebut
karena mereka tidak berbakat), namun orang-orang sedemikian cukup sedikit
jumlahnya dan jarang ditemui, dan alasan-alasan yang dikemukakan sangat tidak
seimbang dengan porsi kebencian yang mereka ekspresikan di situs-situs
tersebut.
Tentu, dimana saja, selebritis memiliki bagian
anti-fans mereka masing-masing. Sampai saat ini, terdapat 41.562 orang yang
menyukai halaman facebook, “I Hate Lady Gaga”. Namun, intensitas dari anti-fans
Korea dan kesediaan mereka untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar
hanya mengklik tombol “Like” di sebuah halaman Facebook benar-benar sesuatu
yang perlu diperhatikan.
Ada apa di Korea yang menyebabkan hal sedemikian?
Pertama, adalah tingkat intensitas di Korea secara
umum. Bukan berarti masyarakat Korea tidak memiliki kesempatan untuk
mengobservasi sedemikian banyak masyarakat yang berbeda di dunia, jadi
pernyataan berikut ini adalah sebuah anekdot. Namun, orang Korea sendiri
berpikir bahwa pernyataan yang benar adalah masyarakat Korea, umumnya, adalah
sebuah masyarakat yang lebih intense dari masyarakat kebanyakan. Orang Korea
sangat berhasrat. Emosi mereka bisa sangat tinggi/bersemangat dan bisa sangat
rendah/sangat putus asa, dan cara bicara mereka juga tindakan mereka lebih
bebas.
Hal ini ada segi positif dan negatifnya. Seringkali
emosi gabungan beberapa orang dapat mencapai tingkat yang sangat tinggi. Untuk
perbandingan, di Amerika, tingkat emosi setinggi ini biasanya muncul melalui
olahraga/pertandingan arena terakhir di kehidupan Amerika dimana orang-orang
mendapat semangat untuk membuang tata krama dan dapat melakukan kegilaan
bersama. Hal ini justru lebih sering terjadi di Korea, dan di berbagai aspek
kehidupan mereka. Dan rasanya sangat enak untuk bisa bersemangat menggebu-gebu
saat sesuatu yang baik terjadi, mereka bukan hanya sekedar senang belaka. Tapi
kemudian, sisi buruknya. Intensitas yang sama dapat terjadi dalam segi negatif,
mengakibatkan hal yang disebutkan diatas.
(Sebuah catatan: Seburuk apapun situasinya, fenomena
seperti ini tetap ada batasannya. Tidak pernah ada di Korea kejadian seperti
John Lennon, pembunuhan selebriti yang disengaja. Namun seseorang dapat
berargumen, bahwa hinaan yang disampaikan di Internet juga menjadi penyebab
sejumlah selebritis di Korea melakukan bunuh diri.)
Namun, bukan hanya hal itu saja yang unik bagi Korea.
Mungkin memang Korea secara umum adalah masyarakat yang sangat intense, namun
orang-orang intense/bersemangat ada dimana saja di dunia ini. Namun faktor
berikut ini adalah faktor yang memang unik bagi Korea : Korea adalah negara
yang memiliki tingkat saling keterhubungan yang sangat, sangat tinggi dalam
setiap bagian kata yang ada.
Mari kita berandai-andai bahwa kamu adalah seorang
yang sangat-sangat bersemangat untuk membenci Lady Gaga, untuk alasan apapun.
Bagaimana kau bisa menumpahkan kebencianmu kepada Lady Gaga? Besar kemungkinan,
kamu bahkan tidak berada di radius 500 mil (804,7 km-red) dari Lady Gaga. Dan
besar kemungkinan bahwa kamu bahkan tidak mengenal seseorang yang mengenal
seseorang yang lain yang benar-benar secara personal mengenal Lady Gaga. Dan
besar kemungkinan bahwa kamu juga tidak berada sangat dekat dengan sesama
pembenci Lady Gaga.
Semua kondisi tersebut sebaliknya justru terjadi di
Korea. Pertama, Korea secara fisik saling terhubung. Korea adalah negara dengan
jumlah penduduk 50 juta, dimana 20 juta-nya berkumpul di daerah ibukota Seoul.
Segala sesuatunya yang penting, politik, budaya, finansial, dan lainnya, berada
di Seoul, dan ini juga berarti semua orang penting berada di Korea. Angkutan
umum sudah dibangun dengan begitu baiknya, sampai-sampai anak berusia 14 tahun
tanpa mobil dapat mengunjungi setiap sudut kota ini seorang diri.
Korea juga terhubung secara relasi. Di Korea, jika
kamu masuk kedalam sebuah kelompok, kamu diharapkan untuk bersahabat dengan
siapapun di kelompok tersebut. Bukan berarti inilah yang selalu terjadi, namun
umumnya hal inilah yang sering terjadi. Untuk setiap tingkatan sekolah yang
kamu hadiri (dan bahkan untuk setiap tingkatan kelas yang kamu hadiri), sering sekali
diadakan reuni. Untuk setiap pekerjaan yang kamu lakukan, ada acara makan malam
bersama orang-orang satu departemen, ini sering kali terjadi, biasanya bersifat
sukarela, namun tidak pada prakteknya. Acara makan malam seperti itu bertujuan
untuk membangun ikatan hubungan yang personal. Secara singkatnya, ini berarti
tanpa perlu berusaha terlalu keras, biasanya orang Korea mengenal satu sama
lain dalam tingkat yang personal.
Dan akhirnya, Korea saling terhubung secara virtual.
Korea adalah salah satu negara yang sudah lebih dahulu mengadopsi Internet
berkecepatan tinggi – setiap interaksi yang menarik antara Internet dan
masyarakat Amerika sudah lebih dahulu terjadi 5 tahun lalu di Korea, contoh :
jaringan sosial/social networking, pemberitaan politik melalui Internet, isu
privasi, dll. Internet di Korea berjalan dengan kecepatan yang menakjubkan.
Smartphone tersebar dimana-mana. Dan hampir setiap orang mengerti bagaimana
cara menggunakan dan menyalahgunakan Internet. Anti-fans dapat dikelola melalui
Internet, dan dengan demikian mereka dapat meningkatkan level kebencian mereka
dengan berdialog secara langsung dan bahkan dengan singkat menjadwalkan
pertemuan massa di lokasi tertentu dimana si selebritis berada, dan semua ini
dilakukan secara instan.
Ketiga faktor ini berkombinasi menciptakan sebuah efek
sinergi yang cukup dahsyat dimana tidak seorang selebritis pun yang terlepas
dari jangkauan publik. Misalkan, ada seorang selebriti X, seorang yang tampan
berusia di akhir 20tahunan. Anti-fan Y membenci X untuk alasan apapun. Jika X
dan Y ada di Amerika, hanya hal kecil yang mungkin dapat Y lakukan terhadap X.
X mungkin tinggal di Los Angeles atau New York. Dan hanya sedikit informasi
mengenai X yang dapat diketahui oleh Y.
Namun di Korea, hal ini benar-benar berbeda. Y dapat
bergabung dengan situs anti-fan X, dan dengan bergabung dengan orang yang
berpikiran sama, kebencian Y terhadap X akan tetap berkobar, karena Y berbicara
dengan orang lain yang juga sama-sama membenci X. Dan mungkin ada orang lain yang
tahu bagaimana X tumbuh menjadi dewasa, dan mengetahui detail terkecil
informasi personal mengenai X, dan menceritakannya ke Internet. Y membaca
cerita ini, dan memutarbalikkannya menjadi kebohongan yang secara personal
merusak imej X, menyebarluaskannya lagi melalui Internet. Y juga bisa
berkoordinasi dengan anggota lain di situs anti-fan X, dan tingkat kebohongan
ini dapat menjadi semakin parah, dan dapat dimodifikasi sedemikian rupa untuk
membuat cerita tersebut lebih kredibel.
Jika motif Y lebih berbahaya, Y dapat mencari tahu
dimana si X berada saat itu, karena situs anti-fan dapat mengatur anggota
mereka untuk mengenali dimana si X berada. Jadi X dan Y mungkin berada dalam
radius 30 mil (48,3 km), dan kemungkinan mereka berada di Seoul – yang berarti
Y dapat pergi ke tempat dimana si X berada dengan angkutan umum berbiaya kurang
dari 2 dollar. Dan dari sana, tinggal langkah kecil bagi Y untuk menawarkan
kaleng soda yang sudah diracuni kepada X.
Hal yang sama seperti ini juga terjadi di belahan lain
di dunia ini. Baru-baru ini, Wall Street Journal memuat artikel mengenai
bagaimana fans Liverpool F.C mengemukakan protes dan kebencian mereka kepada
pemilik tim. Fans Liverpool memang lebih terorganisir ketimbang kelompok
anti-fan manapun di Korea, dan hal ini menyebar sampai keluar Inggris. Dan
taktik mereka pun sama artikel tersebut menceritakan bagaimana mereka mengenali
target kebencian mereka di jalan, mempostingnya di Internet, dan beberapa orang
lain yang suka menyakiti secara fisik objek kebencian mereka datang di sekitar
daerah tersebut untuk menjalankan niatnya. Namun di Korea, batasan fisikal
untuk melakukan hal sedemikian cukup rendah.
Source : ichaichez
Source : ichaichez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar